Senin, 20 Desember 2010

8 PERTANYAAN KUNCI DALAM PERENCANAAN

Perencanaan Sekolah Dasar
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya memilih dan menghubungkan pengetahuan, fakta, gambar, dan asumsi tentang masa depan untuk tujuan visualisasi dan perumusan hasil yang diinginkan yang akan dicapai, kegiatan berurutan yang diperlukan untuk mencapai hasil tersebut, dan batas-batas pada perilaku yang dapat diterima untuk digunakan dalam prestasi mereka.
Perencanaan seringkali identik dengan perubahan, karena perencanaan mempunyai daya adaptasi terhadap segala hal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, tantangan sekaligus kesempatan bagi sekolah dasar. Meski demikian perencanaan tidak selalu bermakna perubahan, ada hal-hal baik dan mendasar yang harus dipertahankan.
Bagaimanapun perubahan adalah sebuah hukum yang harus ditaati, bukan pengecualian. Perencanaan adalah alat untuk beradaptasi dengan suatu inovasi baru yang menarik, untuk relolving konflik, meningkatkan pendekatan lama, meningkatkan kualitas yang ada, meningkatkan komunikasi, dan mencapai hasil yang diinginkan banyak lainnya. Namun, perencanaan jauh lebih banyak daripada ini karena kemampuan memfasilitasi pemecahan masalah
Apa yang ingin diraih oleh Sekolah Dasar ? Tujuan mendasar tentu saja seperti termaktub dalam pasal 17 Undang-undang Sistem Pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Dengan demikian tujuan utama pengembangan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa Sekolah Dasar adalah menyiapkan siswa didik agar memiliki landasan atau dasar pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan dasar selanjutnya –SMP/MTs- terutama ke jenjang pendidikan menengah.
Pencapaian tujuan tentu saja didasarkan pada serangkaian program kegiatan yang kesemuanya itu harus dihasilkan melalui sebuah proses, perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, kecil kemungkinan tujuan akan tercapai. Sebaliknya, perencanaan yang matang, penuh perhitungan dan penuh ketelitian akan menjamin –setidaknya 50%- pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Di era otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan pendidikan dan school based management seperti sekarang, manajer pendidikan (Kepala Sekolah SD) harus bahu membahu dengan komite sekolah dan stake holders guna merumuskan rencana pendidikan di sekolah
Agar perencanaan sekolah dapat dilakukan dengan baik, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi. Perencanaan sekolah tersebut harus: a) terarah pada pencapian tujuan sekolah, b) berdasarkan dari data yang obyektif tentang kondisi sekolah, c) dilakukan oleh orang yang mampu membuat rencana, d) melibatkan seluruh komponen sekolah, e) jelas atau operasional, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan, f) akomodatif terhadap perkembangan dan permasalahan mendesak, g) berorientasi kepada masalah yang seobyektif mungkin.
Hal di atas sesuai dengan Lampiran Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa sekolah harus membuat rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) dan rencana kerja anggaran sekolah (RKAS- dengan kurun waktu 1 tahun). Rencana kerja jangka menengah dan tahunan itu harus disetujui oleh dewan pendidik dengan mempertimbangkan pendapat komite sekolah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota.





8 Pertanyaan Kunci dalam Perencanaan
Perencanaan Sekolah dasar hendaknya bertujuan meningkatkan pelayanan dan mutu pendidikan. Oleh karea itu sebuah perencanaan sekolah dasar hendaknya pula berangkat dari 8 (delapan) pertanyaan yang cukup mendasar dari W.G. Cunningham seperti di bawah ini ;
a. Where are we ? di mana kita? Pertanyaan ini menjawab tentang posisi dan keadaan sekarang. Sumber daya internal dan eksternal apa yang dimiliki, tantangan, kesempatan dan kemampuan apa yang akan dihadapi sekolah?
b. Where do we want to go ? akan kemana kita? Sekolah dasar akan diarahkan kemana? Apakah sekolah ingin meningkatkan perolehan NUN, atau justru penanaman pendidikan karakter, nilai-nilai kejujuran? Di bidang kurikulum, perlukan penambahan muatan kurikulum Agama tertentu bila kenyataan orang tua dan siswa ingin ke SMP bukan ke MTs, dan agama siswa sangat heterogen? Kemana arah dan tujuan sekolah, alternatif pilihan bergantung dengan asesmen kebutuhan yang dilakukan sekolah.
c. What resources will we commit to get there ? kurang lebih adalah sumber daya apa saja yang dibutuhkan sekolah untuk mencapai arahan, tujuan yang telah ditetapkan. Siapkah bila sekolah menerapkan pembelajaran berbasis TI? Apakah semua guru sudah dapat menjalankan alat yang didatangkan, semisal komputer atau laptop? Atau untuk perencanaan pengadaan RKB, apakah lahan masih tersedia? Apakah dana mencukupi?
d. How do we get there ? bagaimana kita akan mencapainya? Di sini ditekankan bahwa perencanaan haruslah menuangkan pula cara, metode, strategi implementasi untuk pencapaian tujuan. Di sini diperlukan manajemen strategi, yang terdiri atas perumusan strategi dan implementasi strategi itu sendiri.
e. When will it be done ? Kapan semua itu dikerjakan? Perencanaan tersusun atas langkah-langkah dan tahapan. Tiap tahap memiliki waktu dan prosedur tersendiri. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah pemilihan skala prioritas kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah dasar. Dengan demikian hal-hal utama, mendasar, menyangkut kepentingan siswa adalah hal yang harus didahulukan pelaksanaannya.
f. Who will be responsible ? Siapa yang bertanggung jawab? Bidang-bidang apa saja yang harus melaksanakan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan program. Penerimaan Siswa baru (PSB), MOS, Pramuka apakah menjadi tanggung jawab kepala bidang kurikulum ataukah kesiswaan? Penilaian, penyusunan KTSP haruslah dipertanggungjawabkan oleh wakil kepala bidang kurikulum.
g. What will be the impact on human resources? Berdampak apa program kegiatan yang telah direncanakan terhadap sumber daya manusia? Program pembelajaran berbasis TI, work shop dan pelatihan terkait pembelajaran, jelas akan berdampak positif dan negatif terhadap guru, siswa dan civitas sekolah lainnya. Kemudahan akses internet di sekolah haruslah sudah diadaptasi dengan baik melalui perencanaan sekolah. Aspek moral, kinerja, serta perubahan nilai dan budaya sekolah (guru dan siswa, orang tua, TU/karyawan, PNS dan GTT serta PTT) harus menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana sekolah dasar.
h. What data will be needed to measure progress ? akhir dari 8 9delapan) pertanyaan kunci ala Cunningham adalah indikator-indikator yang dapat dijadikan parameter dalam mengukur sebuah keberhasilan program kegiatan yang telah ditentukan. Perencanaan yang baik harus mampu memvisualkan indikator keberhasilan itu ketika program kerja sekolah dasar diimplementasikan.

Penutup
Demikian paparan singkat perihal delapan pertanyaan kunci dalam perencanaan Sekolah Dasar. namun ada hal yang lebih penting, yakni kesungguhan hati bagi seluruh pihak terkait dalam perencanaan sekolah untuk mengimplementasikan sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan demi tercapainya tujuan.
Apabila pelangi membuat langit tampak indah, banyak orang yang lebih mengharapkan langit cukup cerah tanpa rintik air hujan karena kesan warna pelangi senantiasa ada, sulit untuk dilupakan.

Jumat, 04 Desember 2009

GEGURITAN BOCAH

PRAJURIT

Saben dina anggonmu njaga katentreman
Warga negara sing dadi kuwajibanmu
Senajan Panjenengan kapang kalih kulawarga
Nanging boten nglunturake tekadmu

Ing lamaing kartika eka paksi
Panjenengan ngawula jiwa lan raga
Supaya saged labuh nusa lan bangsa

Ing dinten riyadi Panjenengan
Boten saged ngrayakna
Kalih sanak sedulur
Amargi njagi jalur mudik ing Nagrek kana

Aku pengin ramaku budi kaluhurane
Labuh negara ingkang ikhlas atine
Lan golek urip
Ing dalan Gusti Alloh Kang Maha Agung


Media Lelylia AF
Kl. IXD. SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang


BASANTA

Cahyamu padhang jingglang ing cakrawala
Dadi kancaku saben wengi
Nambah katentreman ing atiku

Basanta bisa dadi tamba
Rasa kangenku marang Rama
Sing lagi labuh negara

Basanta bakal nerangi galuhku
Sing dhuhkita amarga anggone
Ora ketemu kalih nara sing dadi tresnaku

Cahyane basanta saya ilang
Ninggal dhuhkita ing atiku

Aku kepengin bisa plesiran kalih Ramaku
Bisa nemoni nara sing ana ing khayalku

Basanta ing cakrawala
Aku ngarepake
Kowe gawe kaendahan
Ing atiku

Media Lelylia AF
Kl. IXD. SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang



REMBULAN

Kowe sirati nirwana saben wengi
Dumilahmu ndadekaken wengi iki ora tau sepi
Nalika kowe nambah tentreme ing jero atiku
Kaendahane cahyane rembulan
Agawe tiyang susah bisa dadi tentrem

Rembulan nggawe prayoga ing cakrawala iki
Saben wengi mesthi miyat kowe
Cahyane rembulan
Saya suwe saya ilang
Angkasa iki saya suwe saya peteng
Tambah agawe bingung ing atiku

Rembulan
Aku kepingin kowe ana ing cedhakku
Gawe nyinari uripku


Erik Tri S. / IXD
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang




LUMPUR LAPINDO

Beluk peteng kaya mendhung
Ing tengah-tengah lumpur
Nggawe wong padha bingung
Akeh omah lan wit-witan
Padha klelep amarga lumpur

Lumpur lapindo
Praupanmu kaya samodra
Semburanmu
Saya suwe saya dhuwur
Nambahi sumpeg ing jero ati

Saumpama aku dewa
Aku sumpet lumpur lapindho
Supaya mbiyantu
Kasangsaranipun kurban lapindho
Nanging aku mung manungsa
Bisane mung nyuwun
Ing Gusti Kang Maha Agung


Vicky CH / IXD
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang







PITIK

Saben srengenge njedhul
Anggonmu kukuruyuk
Nangekna aku
Yen wayahe bubur turu

Wayah esuk padha mlaku-mlaku
Anggonmu ngisi weteng
Sikil eker-eker
Cucuk manthuk-manthuk
Uga gplek pangan
Kanggo uripmu
Lan ngopeni anakmu

Yen wayah srengenge angslup
Padha baris-baris mulih
Menyang panggonmu urip
Kandhang pitik.


Siska Setyarini / IXD
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang




SUMPAH PRASETYAKU
Wong tuwaku kang daktresnani
Iki anakmu tansah memuji
Nyuwun marang Hyang Maha Asih
Supaya dadi anak kang migunani

Wong tuwaku nyambut gawe
Rina wengi nganti dleweran kringete
Ora giris guruh panase srengenge
Kanthi ikhlas jero atine

Cuwane atiku
Tangise batinku
Dleweran eluhku
Ndelengi wong tuwa tuwaku

Mula prasetyaku
Neng pengarepane wong tuwaku
Ngudi ilmu kang luhur
Kanggo sanguning uripku

MARINA / IXD
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang




DAHANA

Rektamu apik
Kaya semangate para apsara
Miguna kangge saben uwong
Panasmu bisa kanggo panutan

Nanging
Dahanamu terkadhang nggregetna ati
Mangan omah liwat kabel sing kok liwati
Nganti kari tracake

Kekuwatanmu patut ditiru
Ora gampang mati senajan ana rubeda
Angin gedhe
Dadi saya medeni
Nanging iku sing diseneni



Thathit Yulinda L/ IXA
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang




SITORESMI

Pancen paramarta driyamu
Sitoresmi ketok ing wardayaku
Sira anggung manggen ing kalbuku

Saben dina takrantosi
Nanging mung wigatimu bae
Sing taktemoni

Aku bener-bener wuyung
Susah lan udrasa
Saben dina ngadhep aku

Nanging sitoresmi
Sing takkarepna
Ora nate teka-teka

Ing endi sliramu
Sitoresmiku ?

Erine YP / IXD
SMPN 1 Gondanglegi
Kab. Malang

PARAMASASTRA

FUNGSI GEGANEP LAN PROBLEMATIKA PASINAONIPUN ING SEKOLAHAN

Davit Harijono

Fungsi Geganep (Gg) mujudaken fungsi ukara ingkang asring kalirwakaken. Jarang, malah babar pisan boten dipunrembag lan dipunparingaken dhateng para siswa. Kamangka ing Tata Bahasa Baku Basa Jawi sampun cetha bilih fungsi ukara punika ing basa Jawi wonten gangsal, Jejer (J), Wasesa (W), Lesan (L), Geganep (Gg), lan fungsi Katrangan (K) (Sudaryanto, 1991 :126-132).
Fungsi geganep boten dipunparingaken dhateng siswa (SMP) punika kathah pawadanipun. Namung bab punika ateges ngrerendheti ngrembakanipun basa Jawi anut ing jaman kalakone. Basa Jawi ingkang sampun katliti dening kathah ahli pranyata namung winates ing panaliten kemawon, boten saged dumugi dhateng para siswa minangka punjering pasinaon.
Amargi boten dipunwucalaken, fungsi geganep kalawau, wekasan piwucalan fungsi ukara boten saged tuntas, rampung. Ing perangan sanes siswa ugi nampi piwucal basa Inggris lan Indonesia. Gumolongipun piwucalan basa tetiga kalawau tamtu muwuhi gampilipun siswa sinau bab paramasastra tetiga basa kalawau. Suwalikipun, menawi salah satunggal –Geganep ing basa Jawi- boten kaparingaken kanthi leres tamtu kemawon lajeng nuwuhaken raos sangga rungginipun siswa dhumateng basa Jawi,

A. Fungsi Geganep ing Basa Jawi
Geganep punika asring jumbuh kaliyan lesan. Jumbuhipun amargi pancen antawisipun lesan lan geganep punika meh sami. Umpaminipun lesan lan geganep punika ingkang kathah awujud tembung aran lan panggenanipun ing wingkingipun wasesa tembung kriya (Alwi, 2000: 328).
Wondene titikanipun geganep inggih punika panggenanipun ajeg ing sisih tengenipun wasesa, kedah wonten, boten saged minangka jejer awit ukaranipun boten saged dipun dadosaken ukara tanggap, utawi boten badhe dados jejer ing ukara tanggap awit wasesanipun sampun kriya tanggap, lan jejeripun sampun wonten (Sudaryanto, 1991 : 128).
Wonten lan boten wontenipun geganep ing ukara gumantung kaliyan wasesanipun. Sipatipun wasesa minangka punjer (pusat) nemtokaken fungsi-fungsi ukara sanesipun ingkang kedah wonten. Wasesa ingkang mbetahaken geganep inggih punika wasesa ingkang nggadhahi watak dwitransitif lan taktransitif. Wasesa tembung kriya kanthi watak dwitransitif mbetahaken kalih konstituen ing sawingkingipun, inggih punika fungsi lesan lan geganep. Wasesa kanthi watak taktransitif ing wingkingipun boten mbetahaken konstituen, ingkang saged dados jejer ing ukara tanggapipun (Alwi, 200: 93).
Kapirsanana ukara-ukara ing andhap punika ;
(1) Sumono nggawekake geguritan Asri.
(2) Klambine kesiram wedang jae.
Ing ukara (1) wonten sekawan tembung ingkang ngenggeni sekawan perangan fungsi ukara. Minangka punjer inggih punika wasesa, ingkang arupi tembung kriya ‘nggawekake’. Tembung aran ‘Sumono’ minangka jejer. Menawi dipundadosaken ukara tanggap kados ing andhap punika :
(1a) Asri digawekake geguritan dening Sumono.
Kanthi mekaten saged dipun pesthekaken bilih konstituen ingkang ngisi fungsi lesan ing ukara (1) inggih punika ‘Asri’, sanes ‘geguritan’. Sebab ing imbangan ukara tanggapipun saged minangka jejer. Dene ‘geguritan’ punika minangka geganep. Manggenipun ajeg ing wingkingipun wasesa, boten saged dados jejer nalika ukara kadadosaken ukara tanggap, lan wajib wontenipun amargi sipat dwitransitif ‘nggawekake’. Ukara-ukara ing andhap punika lepat, kirang jangkep;
(1b) *Geguritan digawekake Asri dening Sumono.
(1c) Sumono nggawekake Asri. (?)
Ing ukara (2) minangka Jejer ‘klambine’ wasesanipun tembung kriya taktransitif ‘kesiram’ lan kumpulaning tembung ‘wedang jae’ punika minangka geganep. Kumpulaning tembung ‘wedang jae’ ing ukara (2) menawi boten wonten ukaranipun dados kirang sae, kirang jangkep. Minangka geganep ‘wedang jae’ tansah manggen ing sawingkingipun wasesa ‘kesiram’, boten saged kapindhah ing sisih kiwanipun wasesa. Ukara-ukara ing andhap punika kirang trep mungguhing basa Jawi.
(2a) Klambiku kesiram (?)
(2b) *Klambiku wedang jae kesiram.
Cakrik ukara J-W-Gg namung nggadhahi cakrik sanesipun W-Gg-J, dados Gg tansah setya ing sawingkingipun W (Sudaryanto, 1991: 136). Pramila ukara (2c) ing andhap punika saged dipun mangertosi.
(2c) Kesiram wedang jae klambiku.
Tuladha-tuladha sanesipun kados ing andhap punika :
(3) Wingi aku dadi Antasena.
Kw J W Gg
(4) Aku wis nduwe crita anyar.
J W Gg
(5) Adhik diparingi sangu dening Eyang Putri.
J W Gg K
Fungsi-fungsi Gg ing inggil manut jenis tembungipun kalebet jenis tembung aran, lan frase aran. Pranyata kejawi awujud tembung aran utawi frase aran, geganep saged ugi awujud frase kriya, frase kahanan, frase preposisional.
(6) Widuri ngajak salaman aku.
(7) Atiku krasa perih banget.
(8) Saiki Imam manggon ing Wates.
Tembung lan kumpulaning tembung ingkang kacithak miring punika dipunsebat geganep. Sebabipun amargi nggadhahi sipat-sipat geganep. Tanpa wontenipun tembung lan kumpulan tembung-tembung kalawau, ukara dados kirang trep amargi kirang jangkep.
(6a) Widuri ngajak aku (?)
(7a) Atiku krasa (?)
(8a) Saiki Imam manggon (?)
Ukara (6) wasesanipun awujud tembung kriya dwitransitif. Mbetahaken kalih konstituen ing sawingkingipun. Minangka lesan ing ukara (6) inggih punika ‘aku’, awit saged ngenggeni fungsi jejer nalika ukara dipunewahi dados ukara tanggap, ing andhap punika;
(6b) Aku diajak salaman karo Widuri.
Tembung kriya ‘salaman’ boten saged kapindhah panggenanipun nglangkungi sisih kiwanipun wasesa. Tembung ‘salaman’ punika wonten amargi njangkepi wontenipun tembung kriya dwitransitif ‘ngajak’.
Mekaten ugi ing ukara (7). Tanpa frase kahanan ‘perih banget’ ukaranipun kirang jangkep, kados dipuntedahaken (7a). Satunggalipun cakrik sanesipun saking ukara (7) inggih punika W-Gg-J;
(7b) Krasa perih banget atiku.
Tembung kriya ‘manggen’ ing ukara (8) nedahaken panggenan manggenipun. Pramila inggih namung frase preposisional ingkang saged ngenggeni fungsi geganepipun. Boten saged kagantos kanthi frase aran utawi sanesipun. Frase preposisional ‘ing Wates’ sanes fungsi katrangan. Boten saged kapindhah-pindhah panggenanipun kados dene katrangan. Minangka geganep panggenanipun inggih namung ing wingkingipun wasesa.
(8b) *Saiki ing Wates Imam manggon.
(8c) *Saiki Imam ing Wates manggon.
Benten kaliyan ‘saiki’ ingkang minangka katrangan, saged kapindhah-pindhah panggenanipun tanpa ngirangi apiking ukara, sauger boten ing antawisipun wasesa lan geganep.
(8d) Imam manggon ing Wates saiki.
(8e) Imam saiki manggon ing Wates.
(8f) *Imam manggon saiki ing Wates.
Tuladha sanesipun fungsi geganep ingkang awujud frase kriya, frase kahanan lan frase preposisional kados ing andhap punika ;
(9) Bapak ngutus sinau adhik.
(10) Adhik ngaturi kenduren Pak Mardi.
(11) Areke wis mundhak pinter.
(12) Berjuwang iku kudu wani sengsara.
(13) Heni matur marang Bapak.
(14) Wingi Mas Wi nginep ing daleme Bu Dhe.

B. Problematika Pasinaonipun Fungsi Geganep
Pasinaon ateges proses, tatacara, tumindak supados tiyang –siswa- sinau (Alwi, 2002: 17). Ing pasinaonipun fungsi geganep perkawis-perkawis ingkang kasil kacathet ing antawisipun:
1. Gurunipun
-Guru basa Jawi kaanggep dewa ingkang dados punjering piwucalan. Sinaosa siswa tepang kaliyan fungsi pelengkap, complement, amargi Gurunipun, dewanipun kalawau, boten mucalaken ing basa Jawi, inggih namung monat-manut kemawon. Senajan ing batosipun lare lajeng radi bingung.
-Guru basa Jawi boten nguwaosi kanthi saestu paramasastra Jawi. Taksih kathah Guru basa Jawi ingkang ajrih mucalaken struktur ukara, mliginipun tataran fungsi-fungsi ukara awit rumaos kirang mangertosi bab punika. Wusana tuwuh panganggep boten wigati, boten penting. Dados boten ngupados kados pundi leresipun. Kapunggel kanthi pangayem-ayem “ngene ae, wis!”
-Guru basa Jawi kagungan pamanggih bilih basa Jawi punika boten saged ilmiyah, boten mbetahaken penalaran. Basa Jawi namung nguri-uri barang lawas, barang antik kanthi nengenaken pangraos kemawon. Wusana piwucalan lajeng bot-sih. Kamangka salah satunggal tujuwan pasinaon basa Jawi sageda ngginakaken basa Jawi kanthi leres kangge ngindhakaken ketrampilan, lan kesagedan intelektualipun.
-Kathah Guru basa Jawi ingkang rumaos ‘kapinujon’ dados Guru basa Jawi. Amargi kirang jam pamucalipun, lajeng kapatah mucal basa Jawi. Kanthi penggalih ingkang kirang sreg, mesthinipun. Nanging ugi wonten ingkang lajeng tanggel Jawab. Tegesipun merdi kanthi saestu. Nutup sadaya kekirangan kanthi kersa mundhut pirsa lan nenambah wawasan. Ingkang mekaten punika tamtu sae sanget.
2. Siswanipun
-Kawontenan siswa punika mawarni-warni. Ing bab pangertosan struktur utawi tata ukara punika dipun sebabaken tigang perkawis. Kapisan pawiyatan saderengipun. Wonten ingkang SD-nipun majeng, Gurunipun ugi sae, pramila asil pasinaonipun lare gampil ngertos tur saged ngecakaken. Wonten malih ingkang pancen dereng nate dipun tepangaken kaliyan fungsi pelengkap punika wau. Kaping kalih kulawarganipun. Tumrap kulawarga ingkang kritis ing bab panganggenipun basa tamtu saged kagladhi sinaosa boten sacara langsung. Nanging kosok wangsulipun kangge kulawarga ingkang boten pati open dhateng basa Jawi, malah yen ngendikan sok migunakaken basa sanes, tamtu kemawon basa Jawinipun inggih kawon. Boten dipunreken. Ingkang katiga siswanipun piyambak. Wonten ingkang siswa punika mugen, tegesipun kanthi sadhar purun gladhen, purun ngupadi. Lare mekaten punika limrahipun pinter, gathekan tur majeng pamikiranipun.
-Saking kawontenan kinawruhan bilih langkung kathah lare ingkang dereng sumerep fungsi pelengkap. Senajan ta menawi sampun dipun tepangaken, dipun tuntuni kanthi gamblang bab fungsi pelengkap, ciri-cirinipun lan bentenipun kaliyan lesan, pranyata lare-lare rumaos remen. Punapa malih menawi sipatipun pasinaon dipun damel ngremenaken tur kebak tantangan.
3. Sumber Belajar
-Pranyata satunggaling bab penting ingkang dados pepalang ajuning pasinaon basa Jawi ngantos sapunika bab sumber belajar, kapustakan. Ing perpustakaan-perpustakaan sekolah awis-awis dipun panggihaken buku bab paramasastra Jawi. Menawi wonten inggih namung satunggal kalih ingkang reginipun awis, tur kalebet buku referens, jarang lare saged ngampil.
-Badhe tanglet dhateng tiyang sepuh utawi mas, mbakyunipun ugi ewed. Sebab sampun kedaluwarsa. Punapa malih rumiyin-rumiyinipun mas lan mbakyunipun ugi dereng nate pikantuk materi fungsi pelengkap.
-Ing toko-toko ugi mekaten. Awis-awis dipun panggihaken buku-buku ingkang ngewrat bab paramasastra Jawi. Kadospundi badhe maos, tiyang nyatanipun boten wonten bukunipun. Sampun boten wonten penerbit ingkang nerbitaken malih. Menawi wonten inggih tamtu ewed angsalipun.


C. Upaya Ingkang Saged Katindakaken
1. MGMP Obat Mujarab
-Saking asil pengamatan penulis, pranyata wadhah MGMP punika mujudaken obat mujarab boten namung mangka tamba kangen kemawon. Rawuh ing MGMP pepanggihan kaliyan sesami Dwija Basa Jawi, kedah dipun ginakaken kangge tukar kawruh ngiras nyupeketaken raos pasedherekan. Ing MGMP sedaya ewed pakewed saged dipun udhari awit kathah ingkang ndherek menggalih. Saking sadaya pamanggih tamtu kemawon kapundhut pundi ingkang leres tur maton, migunani tumrap kemajengan pasinaon Basa Jawi.
-Perkawis Guru ingkang dereng mumpuni saged dipun atasi waton kersa maju, gliyak-gliyak tumindak. Menawi wonten bab ingkang ewed dipun rembag sesarengan.



2. Ndamel Buku / Modul
-Kangge nyatheti kemajengan pasinaon saking para dwija kalawau, sae sanget menawi dipun serat. Dipun dadosaken tulisan ingkang migunani tumrap sinaunipun lare-lare. Dipunjilid lan dipundadosaken buku piwucalan. Sumebar ing sadaya SMP warga MGMP. Malah boten namung bab fungsi pelengkap kemawon. Sedayanipun saged wiwit kaserat.

D. Panutup
Makaten sakedhik andharan bab Problematika Pengajaran Fungsi Geganep. Bab-bab ingkang saged kadudut inggih punika;
a. Pasinaon punika gegandhengan langsung kaliyan Guru. Menawi Gurunipun sae tur mumpuni, asil pasinaon ugi saged sae tur maremaken. Pramila Guru kedah majeng. Guru kedah sinau. Ningkataken ketrampilan lan panguwaosan dhateng materi. Caranipun kanthi ndherek MGMP, kersa ngrembag sesarengan bab-bab punapa ingkang dados pepalangipun pasinaon.
b. Pancenipun tujuan saking pasinaon basa punika dhateng ketrampilan migunakaken basa. Kanthi mangertosi dhasar lan wewaton struktur kalimat, tata ukara- mliginipun bab geganep, saged ngindhakaken asil pasinaon lan ketrampilan migunakaken basa Jawi.
c. Basa Jawi ingkang sok dipun lirwakaken, blas ora direken boten sisah dipun damel alesan kangge aras-arasen, utawi malah nglokro. Kanthi kekiyatan piyambak sumangga majeng sesarengan, ngleluri lan ngembang-ngrembakakaken basa lan sastra Jawi. Caranipun kanthi dados panuntun, boten namung pandherek kemawon. Tuladhanipun kanthi ada-ada ndamel rangkuman, modul utawi malah buku piyambak.

Jenang sela wader kalen sesondheran, apuranta yen wonten lepat kawula.
Nuwun